Naufal Raziq, Bocah Cilik Penemu Listrik Pohon Kedondong
Foto Naufal Raziq Saat Percobaan |
Naufal berhasil menemukan energi listrik ramah lingkungan dengan memaksimalkan getah pohon kedondong untuk diubah menjadi tenaga listrik yang aman dan murah. Inovasi ini cukup mencengangkan karena saat itu Naufal baru berusia 10 tahun.
Naufal bercerita keinginannya untuk berinovasi berawal dari pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diperolehnya di sekolah dasar (SD). Kala itu dia mengetahui bahwa setiap buah-buahan yang mengandung asam tinggi dapat menghasilkan energi listrik. “Di situ dijelaskan, buah-buah yang mengandung asam seperti kentang, jeruk dapat menghasilkan energi,” ujarnya.
Dari penjelasan sederhana tersebut, bocah yang mendapatkan peringkat kelima pada kenaikan kelas kemarin ini tertarik untuk mengalihkan eksperimennya langsung ke pohon tempat buah-buahan tadi tumbuh. Tidak semudah yang dibayangkan karena anak pertama dari Suprinan (43), ini harus berulang kali gagal saat melakukan eksperimennya.
Akhirnya pada percobaan Ke-60 dirinya bersama sang ayah mampu meyakini bahwa pohon kedondong yang memang banyak tumbuh di desanya memiliki energi listrik yang dapat digunakan untuk menghidupkan lampu.
"Awal eksperimen itu pohon mangga, tapi tidak menghasilkan listrik ternyata. Sampai pada akhirnya saya menemukan pohon kedondong pagar ini yang getahnya (bisa) menjadi listrik,” tutur Naufal.
Menurutnya, dari hasil eksperimennya tersebut untuk satu elektroda yang dipasang ke pohon kedondong mampu menghasilkan energi listrik 0,5-1 volt. Energi sebesar itu mampu menghidupkan dua bola lampu yang menyala sepanjang hari.
“Cuma di desa kan nyala hanya malam hari, siang istilahnya kita charger,” ucapnya dikutip Koran Sindo, Minggu (30/10/2016). Dijelaskan Naufal, daya akan semakin bertambah apabila jumlah elektroda diperbanyak dan pohon semakin besar.
Proses pemeliharaannya juga terbilang mudah dan murah karena pohon sebagai sumber daya listrik hanya butuh disiram dan diberi pupuk. “Asal jangan sampai kering (getahnya),” papar Naufal.
Ia pun sedikit menceritakan kondisi desa tempat tinggalnya sebelum adanya penemuan ini selalu gelap gulita ketika malam tiba. Menurut dia kalaupun ingin ada penerangan, warga biasanya menggunakan generator yang biaya operasionalnya cukup tinggi. “Karena dia harus transpor (beli) minyak yang harganya mahal,” ucap Naufal.
Dengan adanya penemuan ini, Naufal mengaku senang bisa membantu warga di daerah tempat tinggalnya. Bahkan bersama Pertamina yang kini mendampingi, hasil penemuannya juga sudah dirasakan sekolah tempat dirinya menuntut ilmu dan penduduk di desa lain seperti Desa Tampo Paloh yang kondisinya serupa atau bahkan lebih tertinggal daripada desanya. “Masyarakat di sana (Tampo Paloh) ada 40 rumah yang sangat menerima penemuan ini dan Naufal pun sangat senang dengan itu,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengaturan Komen :
- Sopan
- Dilarang Spam
- Dilarang Komentar SARA
- Dilarang Komentar Dengan Link Aktif